TELADAN MARIA MELALUI DOA ANGELUS

TELADAN MARIA MELALUI DOA ANGELUS

![Mary-Cherubs-The-Assumption-of-the-Blessed](//images.ctfassets.net/a1uad830l19w/4AJzKxxfUNeFtmP0rZwtea/89297b727555e84cdb6b9a76c4300dd2/Mary-Cherubs-The-Assumption-of-the-Blessed.jpg) Seorang pemuda di salah satu paroki di Surabaya memutuskan untuk memeluk iman Katolik karena tersentuh dengan suara lonceng gereja. Selama empat tahun, setiap pagi saat hendak berangkat kuliah, pemuda ini mendengar suara lonceng gereja pukul enam pagi. Saat sore pukul enam, ia juga mendengar lonceng yang sama berdentang. Sejak saat itu, ia merasa terpanggil dan merasakan kedamaian hati setiap ada suara lonceng gereja. Meskipun tak mengerti maksud bunyi lonceng itu, namun ia memutuskan untuk percaya kepada Yesus dan dibaptis di Gereja Katolik. Doa Malaikat Tuhan Suara lonceng yang didengar oleh pemuda itu adalah pertanda didoakannya doa Malaikat Tuhan atau Angelus. Doa ini didoakan setiap pukul enam pagi, dua belas siang dan enam sore. Beberapa gereja yang memiliki lonceng cukup besar dapat menggemakan suara lonceng ini hingga berkilo-kilo meter. Setiap orang yang lewat dekat gereja akan mendengar suara ini dan beberapa memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya sejenak untuk berdoa. Doa yang amat ringkas dari suara lonceng ini nyatanya menyingkap sebuah penghormatan kepada Ibu Maria. Doa ini pada mulanya adalah kebiasaan hidup para biarawan Fransiskan yang membunyikan lonceng sebanyak tiga kali sehari dengan ditutup doa Salam Maria. Lambat laun, kebiasaan yang sederhana ini berkembang ke Inggris dan semua daerah-daerah jajahannya di penjuru dunia. Kemudian, pada abad XVI doa ini mendapat dukungan dari Paus Benediktus XIV, Paus Leo XIII, Paus Pius XI dan Paus Pius XII. Dalam dokumen Marialis Cultus, Paus Paulus VI menganalisis doa ini secara khusus. Menurut Paus Paulus VI, doa ini sangat injili karena seluruh isinya merupakan penyingkapan misteri Paskah dan mengarahkan orang untuk berkontemplasi. Doa malaikat Tuhan juga berisi mengenai peran khusus Ibu Maria dalam karya keselamatan Allah untuk umat manusia. Pertama, doa ini berbunyi, “Angelus Domini nuntiavit Mariae” yang berarti Malaikat Tuhan memberi kabar kepada Maria. Ini merupakan Kabar Sukacita akan karya keselamatan yang dimulai dari “Ya” Maria. Nyatalah di sini bahwa Allah memilih seorang perawan yang amat bersahaja, yakni Maria. Maka, Maria mengandung Putera Allah, yakni Yesus dari karunia Roh Kudus. Kedua, karya keselamatan itu juga tersingkap dari ungkapan Maria yang amat indah, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah kepadaku menurut perkataanmu” (Luk. 1:38). Ungkapan ini acapkali dikutip oleh para imam yang baru ditahbiskan untuk menunjukkan sikap berserah kepada kehendak Allah. Bila ditelisik, maka nyatalah bahwa karya Allah tersebut hampir tak masuk akal bagi Maria. Akan tetapi, Maria mengatakan “Ya” karena tahu bagi Allah tak ada yang mustahil. Belajar dari Maria Doa Malaikat Tuhan ini memang berisikan sebuah teladan iman dari sosok Maria. Bahkan, dalam masa Paskah, doa ini diganti dengan doa Ratu Surga yang juga berisikan teladan iman Maria. Seakan, doa Ratu Surga menjawab kepasrahan iman Maria dalam doa Malaikat Tuhan. “Ratu Surga bersukacitalah, alleluya!”, demikianlah bunyi doa Ratu Surga. Ya, Maria layak bersukacita sebagai buah imannya akan kehendak Allah dalam hidupnya. Tentu saja, lonceng gereja juga dibunyikan untuk mengiringi baik doa Malaikat Tuhan maupun doa Ratu Surga. Lewat suara lonceng gereja, kita dipanggil untuk belajar meneladani iman Maria yang sungguh pasrah pada kehendak Allah. Bahkan, Paus Kalistus III sekitar abad XV meminta semua orang Katolik di seluruh dunia untuk berdoa kepada Maria saat mendengar suara lonceng gereja. Ini merupakan ungkapan syukur atas bantuan Maria dalam kemenangan pasukan Katolik atas armada Turki yang waktu itu mengancam Eropa. Doa-doa tersebut sungguh sebuah usaha menimba pengalaman iman dari Maria. Sungguh, Maria memiliki pengharapan teguh pada Allah. Ini dipegangnya teguh, bahkan dengan setia ia berdiri di bawah kaki salib Puteranya saat para murid meninggalkan Yesus. Teladan inilah yang terus diingatkan kepada umat Katolik melalui suara lonceng yang bergema tiga kali sehari. Selain itu, lewat sosok Maria, setiap orang belajar bahwa kehendak Allah adalah nomor satu dalam hidup. Selalu Mengingat Allah Melalui suara lonceng, kita semua diminta untuk meneladani sikap Maria. Terlebih, kita diminta untuk kembali mengingat Allah di tengah rutinitas dan kesibukan kita. Melalui doa-doa Salam Maria yang kita ucapkan, kita mengingat Allah. Sungguh, ini amat perlu bagi hidup kita yang sibuk ini agar kita tak semakin dikuasai kesibukan yang membuat hidup kita kering. Sebaliknya, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ul. 6:4), iman inilah yang kita ingat selalu. Maka, kita diingatkan untuk selalu mengingat Allah yang amat berharga dalam hidup ini. Kita juga belajar dari Maria agar selalu mengandalkan Allah dalam rutinitas hidup. Kita tak akan mengandalkan kekuatan diri sendiri dan kita hidup bukan untuk diri sendiri. Maria tak bertindak dalam namanya sendiri, tapi selalu mengandalkan Allah. Demikianlah kita dipanggil untuk mengandalkan Tuhan dan bersandar pada-Nya. Maria ketika menghadapi persoalan hidup tak mengutamakan kehendaknya sendiri, melainkan mengutamakan kehendak Allah. Seperti Maria yang lebih memilih kehendak Allah, maka kita dipanggil untuk mencari kehendak Tuhan dalam hidup sehari-hari. Lewat suara lonceng yang meminta kita untuk berdoa ini, kita diingatkan bahwa Tuhan yang kita imani jauh lebih besar dari persoalan yang kita hadapi. Dari 24 jam waktu kita sehari, sisihkanlah tiga kali waktu untuk mendoakan doa-doa tersebut. Dengan perantaraan Maria dalam doa-doa itu, kita akan selalu mengingat Allah. Akhirukallam, kita akan mengalamai sukacita yang dialami Maria karena percaya pada Yesus, Puteranya. Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus. Amin.

Institut Teologi milik Keuskupan Surabaya yang berpegang pada Ajaran Gereja Katolik untuk memberikan pendidikan Teologi kepada para calon imam, awam dan religius. Sebagai Institut Teologi, Imavi bergerak pada pengembangan Pastoral, Katekese dan Liturgi