Panorama Adven

Panorama Adven

Adven berasal dari kata “adventus” dari bahasa Latin, yang artinya “kedatangan”. Adven dapat dihayati sebagai masa persiapan untuk menyongsong kedatangan Tuhan. Penantian yang dihayati selama masa Adven terdapat dua corak yakni penantian kelahiran Tuhan Yesus pada hari raya Natal dan sebagai panantian akan kedatangan Kristus pada akhir jaman (penantian Eskatologis). Adven dapat dimaknai dengan masa yang penuh, yaitu: masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Dalam masa lalu atau, Gereja berusaha memperingati kedatangan Kristus yang pertama di dunia. Sekarang, Gereja menghayati kehadiran Allah di tengah jemaat-Nya, dan penantian akan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Struktur Liturgi di masa Adven dibagi menjadi 4 minggu. Masa Adven dibagi menjadi 2 periode yaitu : per Minggu Adven 1 sampai 16 Desember dan mulai tanggal 17 Desember sampai 24 Desember. Periode pertama lebih mengutamakan misteri penantian eskatologis yang dapat dilihat melalui bacaan-bacaan misa khususnya Kitab Yesaya. Periode kedua lebih mengutamakan misteri kelahiran Yesus yang didukung oleh seruan Yohanes Pembaptis dan kisah-kisah Maria dan Yusuf. Dalam masa Adven terdapat 4 tokoh yang ditonjolkan yakni: Nabi Yesaya, Yohanes Pembaptis, Maria dan Yusuf. Pertama, Nabi Yesaya menjadi tokoh penting dalam masa Adven karena Nabi Yesaya dapat memperlihatkan suatu pengharapan yang besar dan sungguh meneguhkan hati dan memberi penghiburan terhadap bangsa yang terpilih yang mengalami penindasan dimana ia menyerukan akan kedatangan Mesias yang menyelamatkan mereka. Kedua, Yohanes Pembaptis menjadi tokoh terpenting dalam masa Adven karena Yohanes Pembaptis dipanggil untuk menyerukan pertobatan dan mempersiapkan jalan bagi Tuhan sehingga ia benar-benar menghayati semangat penantian Tuhan. Ketiga, Perawan Maria menjadi tokoh yang sangat penting dalam masa Adven, karena Maria adalah seorang yang amat berjasa dalam misteri penebusan jikalau Maria menolak akan kedatangan Yesus dalam rahimnya pasti karya keselamatan tidak pernah ada. Keempat, Santo Yusuf adalah orang yang takwa dan mampu mendengarkan kehendak Allah dikisahkan dalam yusuf didatangi oleh Malaikat Gabriel. Dalam lingkaran Liturgi, masa Adven diidentikkan dengan warna ungu. Warna ungu sendiri mengandung makna pertobatan. Lantas apa perbedaan semangat pertobatan yang ada dalam masa Pra-paskah dengan masa Adven? Semangat pertobatan di Masa Pra-Paskah adalah pertobatan dari perilaku jahat manusia berpaling dalam cinta kasih Allah, sedangkan Masa Adven memiliki spiritualitas pertobatan untuk menyiapkan kedatangan Yesus ke Dunia. Adven mengajak kita menantikan kedatangan Sang Juru Selamat yakni dalam diri Yesus Kristus. Penantian ini dilakukan dengan penuh kegembiraan dan penuh harapan akan kepenuhan janji Allah yang ada dalam diri Yesus Kristus dimana itu Allah telah menunjukan cinta-Nya kepada umat-Nya. Dengan peristiwa ini, Allah hendak menunjukan kesetiaan Allah akan umat-Nya. Dalam tradisi Gereja Katolik, pada saat Masa Adven umat diajak untuk membuat lingkaran Adven (Advent wreath) adalah satu lingkaran yang biasanya terbuat dari daun-daunan, dengan empat lilin. Di mana dari empat lilin, dapat melambangkan empat minggu lamanya kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Kristus. Setiap minggunya dinyalakan satu lilin hal ini dilambangkan sebagai perpindahan kita dari kegelapan dunia menuju terang dunia. Nyala lilin yang bertambah setiap minggu menggambarkan pula cahaya sejati yang semakin hari semakin terang, dan juga lambang kedatangan Kristus, sebagai Cahaya Sejati, yang semakin dekat. Dalam lingkaran Adven itu terdapat tiga lilin yang berwarna ungu namun ada satu lilin yang berwarna merah muda di mana biasanya disebut dengan Minggu “Gaudete” atau Minggu Sukacita, yang yang menyatakan sukacita karena masa penantiaan akan telah berjalan setengah dan akan berakhir. Sumber Bacaan Da Cunha, Bosco.2011. Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun. OBOR: Jakarta. Heuken, Adolf. 2004. Ensiklopedi Gereja Jilid I, II, VI. Yayasan Cipta Loka Caraka: Jakarta.

Institut Teologi milik Keuskupan Surabaya yang berpegang pada Ajaran Gereja Katolik untuk memberikan pendidikan Teologi kepada para calon imam, awam dan religius. Sebagai Institut Teologi, Imavi bergerak pada pengembangan Pastoral, Katekese dan Liturgi