Fenomena LGBT Ditinjau dalam Perspektif Antropologi Kristiani

PENGANTAR
Manusia merupakan ciptaan Allah yang begitu unik dan sangat berbeda dengan ciptaan lainnya. Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia yang mampu mengenal dan mencintai Penciptanya. Hal ini dikarenakan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.[1] Seperti yang terlihat dari kisah Penciptaan dalam kitab Kejadian, bahwa pertama-tama Allah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, termasuk tumbuh-tumbuhan dan juga binatang-binatang yang kelihatan. Semuanya itu diciptakan oleh Allah melulu dengan cara bersabar dan ini berbeda ketika Allah menciptakan manusia dengan membentuknya dari debu tanah. Penciptaan manusia dari debu tanah ingin menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari barang yang sudah ada, dan inilah yang sangat membedakan penciptaan manusia dengan ciptaan lainnya yang hanya tinggal bersabda saja.[2] Selain itu, manusia di beri tugas oleh Allah untuk menjadi "tuan" atas semua makhluk di dunia ini atau dalam arti lain yakni menguasai dengan menjaga dan merawat semua ciptaan Allah lainnya.[3]
Di sisi lain, memang tidak bisa disangkal bahwa di dunia ini manusia itu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam kitab Kejadian juga diceritakan, bagaimana Allah menciptakan laki-laki dan perempuan yang dikenal dengan nama Adam dan Hawa. Hal ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia tidak hanya laki-laki saja, tetapi juga perempuan yang diciptakannya melalui tulang rusuk Adam. Memag sejak awal mula Allah menciptakan mereka laki-laki dan perempuan, dan mereka membentuk persekutuan antar pribadi.[4] Selanjutnya, karena manusia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi, sehingga ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Hanya manusia yang mampu mengenali dirinya sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain.[5] Melalui cinta yang merupakan bagian dari ekspresi sebagai manusia atau seseorang, sebagai makhluk seksual serta menjalin relasi dengan sesamanya.
Di zaman sekarang ini, tidak bisa disangkal bahwa seringkali dijumpai diri manusia itu yang mengalami disorientasi seksual. Padahal sejak semula Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan yang merupakan ciri khas dari masing-masing pribadi. Dalam hal ini juga tidak dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia yang memiliki kelamin (kelaki-lakian dan keperempuanan) ganda seperti yang diceritakan dalam mitos Yunani kuno. Untuk di zaman sekarang, ditemukan berbagai macam fenomena terutama yang mengalami disorientasi seksual, seperti fenomena LGBT. Adapun LGBT itu sendiri merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Hal yang seperti ini tentunya menjadi tantangan tersendiri terutama bagi orang Kristiani. Maka dari itu, dalam karya tulis ini penulis ingin melihat fenomena LGBT dalam perspektif Antropologi Kristiani dengan pendasaran bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sebagai makhluk seksual. Kira-kira, seperti apa pandangan Antropologi Kristiani dalam memandang fenomena LGBT yang kerap kali muncul di lingkungan masyarakat? Untuk itu penulis mencoba menjabarkan pemahaman LGBT dalam sudut pandang Antropologi Kristiani, dan dengan demikian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pembahasan tersebut dalam karya tulis ini.
1. Fenomena LGBT atau Pengertian LGBT[6]
Pada dasarnya LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Istilah tersebut mulai muncul pada tahun 1990. Adapun awal mulanya LGBT digunakan untuk menunjuk pada kelompok homoseksual dan transgender saja, akan tetapi untuk sekarang singkatan tersebut melingkupi banyak orientasi seksual dan beragam identitas gender. Selanjutnya, LGBT mencakup orientasi seksual dan identitas seksual yang bervariasi di luar dari orientasi seks dan gender yang umum ditetapkan dalam masyarakat. Saat memahami perbedaan orientasi seksual dan gender pada LGBT, penting untuk diketahui bahwa orientasi seksual dan identitas gender adalah dua hal yang berbeda. Orientasi seksual merujuk pada ketertarikan secara seksual, romantis, ataupun emosional pada individu lain yang memiliki jenis kelamin atau identitas gender tertentu. Jenis-jenis orientasi seksual dalam LGBT contohnya adalah homoseksual, biseksual, panseksual, aseksual, dan lain-lain.
Sementara identitas atau ekspresi gender adalah perasaan internal atau kesadaran yang berasal dari dalam diri yang mendefinisikan seseorang sebagai perempuan, laki-laki, transgender, dan lain-lain. Akan tetapi, identitas gender tidak berkaitan dengan kondisi biologis seseorang yang ditunjukkan dari jenis kelamin atau kode genetik. Sebagai contoh, seseorang bisa mendefinisikan dirinya sebagai perempuan meskipun ia terlahir dengan jenis kelamin laki-laki dan memiliki kromosom XY. Di sisi lain, terdapat istilah-istilah yang dikenal dalam LGBT yaitu: Pertama, Lesbian yakni seseorang perempuan yang memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis kelamin perempuan atau seseorang yang mengidentifikasi dirinya dengan gender perempuan. Kedua, Gay yakni merujuk pada individu berjenis kelamin laki-laki yang saling memiliki ketertarikan satu sama lain, padahal lesbian juga termasuk ke dalam gay dan kondisi biologisnya, yang tertarik dengan individu dengan jenis kelamin laki-laki bisa disebut gay selanjutnya, begitu pun dengan individu dengan gender pria, terlepas dari kondisi biologisnya, yang tertarik dengan individu dengan jenis kelamin laki-laki bisa disebut gay. Ketiga, Biseksual yakni menggambarkan seseorang yang ketertarikannya pada setiap gender, tidak hanya perempuan atau laki-laki, tetapi juga transgender dan lain-lain. Keempat, Transgender yakni merujuk pada setiap orang yang memiliki ekspresi gender (sifat maskulin dan feminin) yang berbeda dari gender yang berkaitan dengan jenis kelamin atau kode genetiknya saat lahir. Seseorang bisa mendefinisikan dirinya sebagai transgender terlepas dari apakah ia sudah melakukan operasi ganti kelamin atau terapi hormon dan begitu pun dengan individu yang telah melakukan perubahan identitas secara formal, menyangkut nama dan jenis kelamin.
Ada berbagai faktor penyebab LGBT dan berdasarkan laporan dari Association for Psychological Science yang merangkum berbagai hasil riset terkini menunjukkan ada beberapa faktor yang kemungkinan berkaitan dengan pembentukan orientasi seksual seseorang yaitu: faktor latar belakang budaya atau sosial dan faktor biologis. Kedua faktor tersebut sangat kuat berpengaruh bagi seseorang sehingga menjadikannya disorientasi seksual. Kedua faktor tersebut sangat penting dalam melakukan penilaian terhadap mereka yang terjerumus pada LGBT.
2. Fenomena LGBT Dalam Perspektif Antropologi Kristiani
Pada dasarnya Antropologi Kristiani merupakan cabang dari studi teologi dengan pertanyaan mendasar tentang keberadaan manusia yakni, darimana manusia berasal? Siapa manusia? Ke mana manusia akan pergi? adapun dalam pemikiran Kristiani itu tidak hanya mempertimbangkan bagaimana manusia benar-benar hidup, tetapi juga berpendapat bahwa bagaimana manusia dapat hidup, harus hidup, dan seharusnya hidup.[7] Adapun dalam pandangan Antropologi Kristiani dengan konsep utamanya adalah pribadi manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27). Manusia secara kodrat dan sejak semula diciptakan oleh Allah sebagai laki-laki dan perempuan. Ini sebenarnya ingin menunjukkan perbedaan manusia itu berdasarkan seksualnya yakni laki-laki atau perempuan.[8] Jika melihat fenomena LGBT, tentunya bertentangan dengan pemahaman antropologi Kristiani di mana manusia diciptakan oleh Allah dari semula secara seksual terdiri dari laki-laki dan Perempuan. Adapun bentuk dari disorientasi seksual merupakan penyimpangan dari kodrat manusia itu sendiri yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam kata lain fenomena LGBT merupakan salah satu bentuk dari dosa.
Berhadapan dengan fenomena LGBT, Gereja Katolik tetap berpegang teguh pada konsep awal bahwa sejak semula laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah. Mereka sama-sama sebagai pribadi manusia dan dalam kepriaan dan kewanitaannya. Kepriaan dan kewanitaan merupakan suatu yang baik dan dikehendaki oleh Allah, serta keduannya itu memiliki martabat yang tidak dapat hilang yang diberikan langsung oleh Allah, Penciptanya. Adapun keduanya itu bermartabat sama menurut citra Allah, dan dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta itu sendiri.[9] Dalam menyikapi fenomena LGBT, Gereja tetap menolak tindakannya yang bertentangan dengan kodrat sebagai laki-laki dan perempuan yang sejak awal mula ditetapkan oleh Allah, namun tetap menerima mereka sebagai pribadi, atau dalam kata lain menerima manusianya sebagai pribadi. Bagi Gereja, perbuatan LGBT adalah dosa karena melawan dan menolak rahmat Allah yang sejak semula telah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Di sisi lain, dalam kasus LGBT, Gereja Katolik menanggapi kasus tersebut dengan bersikap:[10] Pertama, menolak perkawinan sejenis karena menyalahi tujuan Allah terhadap perkawinan dan keluarga. Kedua, menolak calon-calon Tahbisan Suci dan hidup religius yang melakukan perbuatan homoseksual. Ketiga, menolak diskriminatif terhadap LGBT dalam arti sebagai pribadi/manusia. Gereja tetap membuka diri bagi para kaum LGBT yang ingin bertobat dan kembali kepada Gereja. Kehadiran LGBT dalam kehidupan masyarakat membuat pemahaman akan manusia sebagai pribadi yang ciptakan oleh Allah sebagai laki-laki dan perempuan menjadi menjadi kabur. Namun dalam hal ini, ajaran Kristiani tetap berpegang teguh pada konsep awal, seperti yang terdapat di dalam Kitab Kejadian, bahwa sejak semula Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Ini berarti bahwa tidak ada Allah menciptakan manusia itu laki-laki sekaligus ia perempuan (berkelamin ganda secara seksual). Adanya fenomena LGBT merpakan bentuk dari penyimpangan terhadap ajaran iman terkhususnya Gereja Katolik. Untuk itu perlu dengan cermat dalam menyikapi fenomena LGBT yang di zaman sekarang sudah ada di dalam lingkungan maysarakat, sehingga umat beriman tidak jatuh pada LGBT ataupun menyikapi fenomena tersebut dengan salah.
PENUTUP
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan bermasyarakat muncul berbagai fenomena yang terjadi dan salah satunya adalah LGBT. Berbicara mengenai LGBT bukanlah suatu hal yang baru muncul, akan tetapi sudah ada sejak lama. Sejauh ini, ada dua faktor penyebab munculnya fenomena LGBT, yakni faktor sosial atau budaya dan juga faktor genetik. Maka tidak heran hingga saat ini kerap kali dijumpai fenomena LGBT dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari fenomena LGBT yang muncul dalam masyarakat tentunya Gereja Katolik memiliki sikap yang berbeda jika dibandingkan dengan agama-agama lain. Jika di lihat dari sisi manusianya dari para kaum LGBT, Gereja tetap menolak tindakannya, tetapi tidak menolak personnya (pribadi sebagai manusia). Hal ini dikarenakan dasar ajaran iman Kristiani sangat menekankan bahwa manusia itu sejak awal mula diciptakan sudah ditentukan secara seksualitas laki-laki dan perempuan yang menjadi kodrat dari manusia itu sendiri. Disini dapat disimpulkan bahwa kesalahan LGBT adalah menentang kodratnya sebagai ciptaan Allah yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dengan adanya kepriaan dan kewanitaan itu sebenarnya sudah mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan dari Penciptannya. Maka, kehadiran manusia di dunia ini merupakan cerminan dari Allah itu sendiri karena ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah seperti yang dikatakan dalam Kitab Kejadian.
---
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Deoterokanonika
Gaudium Et Spes
Katekesmus Gereja Katolik
Kemala, Fidhia, Memahami LGBT, Istilah Yang Mencangkup Bagian Orientasi Seksual dan Gender. Hellosehat.com. https://hellosehat.com/seks/tips-seks/apa-itu-lgbt/.
Winarto, Heribertus, “Pengantar Antropologi Kristiani” (Kuliah THEO 521 Presentasi Power Point, Seattel Pacific Seminary).
Yamrewav,Fransiskus Iwan, LGBT dalam Pandangan Gereja Katolik, https://ventimiglia.id/2021/07/16/lgbt-dalam-pandangan-gereja-katolik/,
[1] Bdk. Gaudium Et Spes, 12
[2] Bdk. Kejadian 1-2
[3] Bdk. GS, 12
[4] Ibid
[5] KGK. 357
[6] Fidhia Kemala, Memahami LGBT, Istilah Yang Mencangkup Bagian Orientasi Seksual dan Gender. Hellosehat.com. https://hellosehat.com/seks/tips-seks/apa-itu-lgbt/, diunduh pada tanggal 3-12-2021, pk 20.01 WIB
[7] Bdk. Heribertus Winarto, “Pengantar Antropologi Kristiani” (Kuliah THEO 521 Presentasi Power Point, Seattel Pacific Seminary), slide 2-5
[8] Bdk. KGK, 355
[9] KGK. 369
[10]Bdk. Fransiskus Iwan Yamrewav, LGBT dalam Pandangan Gereja Katolik, https://ventimiglia.id/2021/07/16/lgbt-dalam-pandangan-gereja-katolik/, diunduh pada tanggal 3-12-2021, pk 20.20 WIB
Artikel ini telah diperiksa oleh: RD. Heribertus Winarto